Sains Dalam Al-Qur'an
Abstraksi
Di alam semesta, tak terhitung banyaknya
sistem yang bekerja. Allah menempatkan semua sistem ini dalam kendali-Nya meski
di saat kita tidak menyadarinya, misalnya, saat kita sedang membaca, berjalan,
atau tidur. Allah menciptakan alam semesta beserta seluk-beluknya yang rinci
yang berjumlah tak terhitung agar manusia dapat memahami kekuasaan-Nya yang tak
terbatas. Di dalam Al Quran, Allah berfirman kepada manusia dan menjelaskan
alasan penciptaan keteraturan di alam semesta sebagai berikut, “…agar kamu
mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesunguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaaq,
65:12) Keteraturan ini mengandung seluk-beluk yang begitu banyak sehingga
manusia takkan mungkin tahu dari mana harus mulai memikirkannya.[1]
PENDAHULUAN
Sejarah mengatakan bahwa manusia selalu mencoba memahami alam
tempat mereka tinggal. Skema kreasi yang wujud dalam kenyataan di sekitar
mereka menghasilkan pemikiran-pemikiran yang timbul, baik didasari dengan akal
yang berujung dengan hipotesa, atau pun kepercayaan bersifat mitos yang
didirong oleh keimanan terhadap hal yang mewujudkan semua itu. Ketika menghadap
ke samping kanan-kiri, depan-belakang, mereka akan menemukan pohon, gunug,
laut, sungai, dan sebagainya. Ketika
menghadap ke bawah, mereka akan mendapati emas, minyak, batu baru, atau barang
tambang lainnya hingga inti bumi. Dan ketika menghadap ke atas, mereka sadar
bahwa alam ini sungguh besar dan tak terbatas. Sekumpulan bintang yang
memercikkan cahaya bagi pengikut matrealisme merupakan energi alam murni dan
independen seperti matahari, dan benar-benar akan menjadi tanda kuasa dan
kebesaran Tuhan bagi penikmat iman yang dapat ia peroleh dari manapun dan
siapapun.
Semesta raya tercipta setelah terjadinya
ledakan besar atau yang disebut sebagai Bigbang. Segala yang ada dalam dunia
ini berasal dari satu kemudian terpecah dengan adanya hal tersebut. Memisah
dengan terbentuknya planet-planet, galaksi, bintang, galaksi dan batu-batuan
angkasa lainnya. Banyak ilmua yang telah membuktikan teori ini dan sejauh ini
sesuai dengan kenyataan.
Kita sebagai ummat Islam sementara hanya bisa
menunggu apa yang dikatakan oleh ilmuan-ilmuan barat yang diantaranya adalah peneliti
luar angkasa Amerika atau sering kita dengar sebagai NASSA. Namun benar
tidaknya hal tersebut dapat kita temukan dalam kitab suci Ummat Islam yaitu
Al-Qur’an sebagai pegangan sepanjang masa dengan Ayat-ayatnya yang
Multi-Tafsir. Betapa pun demikian, kita hendaknya dapat menambah keimanan kita
dengan temuan-temuan riil yang tidak pernah bertentangan dengannya.
Kali ini, penulis ingin menjelaskan beberapa
poin yang berkaitan dengan masalah Bintang dan Galaksi dalam Al-Qur’an.
Benarkah terdapat Ayat yang menjelaskan tentang keduanya hingga banyak penafsir
yang berani menjelaskan bahwa Al-Qur’an juga menjelaskan sesuatu yang teoritis
dalam ilmu atau sains.
PEMBAHASAN
Definisi
Galaksi adalah sebuah sistem yang terikat oleh gaya gravitasi yang terdiri atas
bintang, gas dan debu kosmik medium antar-bintang, dan kemungkinan substansi hipotetis
yang dikenal dengan materi gelap.[2] Galaksi terdiri dari milyaran
bintang-bintang. (Bintang merupakan benda langit seperti halnya matahari. Namun
bumi dan bulan bukan bintang). Terdapat sekitar tiga trilliun bintang dalam
galaksi yang terbesar. Pada umumnya setiap galaksi berisi 200 hingga 300 milyar
bintang, sementara galaksi kecil memiliki 100 milyar bintang.[3]
Kata galaksi diturunkan dari istilah bahasa Yunani untuk Milky Way (galaksi
kita), galaxias (γαλαξίας), atau kyklos galaktikos. Kata ini berarti
"lingkaran susu", sesuai dengan penampakannya di angkasa. Dalam
mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-lakinya yang dilahirkan oleh
manusia biasa, bayi Heracles, pada payudara Hera ketika Hera sedang tidur sehingga
bayi tersebut meminum susunya dan karena itu menjadi manusia abadi. Hera
terbangun ketika sedang menyusui dan kemudian menyadari ia sedang menyusui bayi
yang tak dikenalnya: ia mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur
mewarnai langit malam, menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa
Inggris sebagai Milky Way (jalan susu).[4]
Para ilmuan telah mensepakati bahwa sebelum galaksi dalam alam ini terbentuk,
dapat dikenali bahwasanya sebelum menjadi seperti ini semua itu
berasal dari material gas.[5]
Dengan kata lain, Galaksi dibentuk oleh Gas atau Awan dalam jumlah yang besar
kemudian membentuk suatu gumpalan raksasa yang disebut dengan Galaksi.
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan
bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya
sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang
nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan
bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang
nyata)[6]. Karena
jaraknya yang sangat jauh, semua bintang -kecuali Matahari- hanya tampak
sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer Bumi.
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah Semua benda masif (bermassa
antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan
pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. Oleh sebab itu bintang katai
putih dan bintang neutron yang sudah tidak memancarkan cahaya atau energi tetap
disebut sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada
jarak sekitar 149,680,000 kilometer.
Al-Qur’an berbicara Galaksi dan Bintang
Beberapa penafsir mencoba menghubungkan semua itu dengan apa yang telah
menjadi temuan para pakar astronomi dan ilmu modern tersebut. Mereka dapat
menemukan dan mengkorelasikan semua itu dengan firman Allah pada surat
fushshilat : 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا
أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Al-Qur’an sedikit banyak telah
menyinggung tentang peristiwa ini yang dalam faktanya –oleh ilmuan- menunjukkan
bahwa semula terdiri dari unsur gas atau dalam bahasa arab dikatakan sebagai ‘Dukhan’[7].
Salah satu bukti lagi tentang klaim kebenaran Al-qur’an dalam kacamata ilmu
pengetahuan adalah runtuhnya bintang. Dalam fakta temuan para ilmuan Astronomi
dan Galaksi, jutaan bahkan milyaran bintang dalam suatu galaksi ada yang
beredar dengan lancar dan beberapa yang runtuh, hancur dan meledak. Teori ini
disebut juga dengan teori Stellar Collapse[8],
dan beberapa diantaranya juga memilki rotasi yang cepat. Hal ini juga didapat
oleh ilmuan islam dalam perkembangan penafsiran ilmiyah dalam surat Al-Najm 1-5
yang berbunyi:
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ
وَمَا غَوَى وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى.
“Demi bintang ketika
terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS An-Najm: 1-5).
Ayat-ayat ini
menyebutkan banyak karakter yang dimiliki semua bintang seperti: bintang
runtuh, bintang cepat rotasi, semua bintang kehabisan bahan bakar lalu runtuh
dan meledak. Oleh karena itu, kata hawa (runtuh atau jatuh) dalam ayat pertama
secara akurat dapat mengekspresikan fenomena ini.
bintang yang sangat
cemerlang bergerak di alam semesta yang luas. Para ilmuwan mengatakan bahwa
semua bintang bergerak dengan cepat dan bahwa tidak ada bintang yang tenang,
seperti yang terpikir di masa lalu. Allah yang Maha Perkasa menyatakan di dalam
Alquran:
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ
"Mereka
masing-masing mengambang dalam garis edarnya." (Yasin: 40).
Macam-macam Galaksi
Orang yang pertama kali
membuat klasifikasi galaksi adalah Edwin P. Hubble dimana ia mengelompokkan
Galaksi berdasarkan bentuk Galaksi dalam foto. Klasifikasi awal adalah
galaksi-galaksi Elips yang kemudian bercabang menjadi deretan berbentuk spiral
normal dan spiral berpalang, kemudian diakhiri dengan galaksi-galaksi yang
bentuknya tidak teratur.
1.
Galaksi Elip
Dikatakan elip karena dapat dilihat
dari kadar kelonjongannya mulai dari yang hampir berbentuk cincin hingga yang
paling lonjong.
2. Galaksi Spiral
2. Galaksi Spiral
3.
Galaksi Spiral Berpalang
Galaksi memiliki bentuk dan
dimensi yang luar biasa, dan berikut ini adalah deskripsi beberapa Galaksi
dengan angka[9]:
1. Galaksi Bima Sakti (Milky way)
Luas Galaksi = 100 ribu tahun cahaya. (satu
tahun cahaya = 9,46 trilyun km). sedangkan jarak bumi dari pusat galaksi =
25.000 tahun cahaya.
2. Galaksi 4258 NGC
Luas Galaksi = 131 ribu tahun cahaya. Jarak
bumi dengan pusat galaksi = 25 juta tahun cahaya.
3. Galaksi 87 M
Luas Galaksi = 120 ribu tahun cahaya. Jarak
bumi dengan pusat galaksi = 50 juta tahun cahaya.
4. Galaksi Andromeda
Luas Galaksi = 200 ribu tahun cahaya. Jarak
bumi dengan pusat galaksi = 2 juta tahun cahaya.
5. Great Wall
Luas Galaksi = 200-500 juta tahun cahaya
(perkiraan). Masuk dalam kategori supercluster atau sekumpulan gugusan bintang
raksasa yang terjalin oleh tali (filaments) dan membentuk sebuah jarringan
besar.
Dari fakta tersebut, banyak sekali
galaksi yang tidak dapat dijangkau oleh satelit dan hanya Allah lah yang
mengetahuainya. Hanya beberapa dari ribuan satelit yang dapat diketahui
informasinya.
KESIMPULAN
Mengutip apa yang dikatakan oleh
ilmuan Muslim ternama, Harun Yahya yang mengatakan bahwa tidak lah mungkin alam
ini terbentuk karena sendirinya. Keteraturan yang ada dalam sistem tata surya
menandakan bahwa Tuhan lah yang menciptakan semesta alam ini, bukan suatu
Energi tertentu kemudian membentuk “The Universe” dengan sendirinya. Pendapat
Matrealisme seperti ini sudah tidak mungkin dapat diterima karena keberadaan
‘Sesuatu’ yang menciptakan dan mengaturnya harus lah ada, yaitu Tuhan.
Kebenaran tidak hanya berhenti di
situ. Sebagai Muslim yang mewarisi kitab suci Al-Qur’an telah benar-benar
dibuktikan dengan fakta-fakta yang mencengangkan antara para penafsir Al-Qur’an
ilmiyah-Sains dengan ilmuan Sains murni. Keduanya berelaborasi dan membentuk
satu-kesatuan pemahaman yang utuh walaupun mungkin masih bersifat sementara.
Namun, sejauh ini, Ayat-ayat Al-Qur’an tidak bertentangan dengan teori-teori
sains yang benar-benar valid.
Sebagai contoh kecil seperti yang
telah dikemukakan dalam makalah ini adalah unsur yang membentuk galaksi, yakni
Gas. Dan bukan suatu kebetulan bahwa beberapa kalangan yang mengatakan bahwa
Al-Kitab dibuat oleh Muhammad ini mampu menjawab persoalan yang mustahil
terjawab lebih kurang seribu lima ratus tahun lalu. Al-Qur’an mengatakan dengan
jelas dengan lafal ‘Dukhan’ yang berarti awan, mendung, ataupun gas.
Apakah kita masih mempercayai dengan syak wasangka semacam itu.
Dan contoh lagi adalah wujud dari
galaksi yang sedemikian banyak dan luasnya. Betapa pun manusia mencoba memahami semua
itu, namun ketidakmungkinan adalah jawabannya. Karena tidak mungkin teknologi
secanggih apa pun untuk bertahan dan akti selama berjuta-juta tahun. Allah
Ta’ala telah berirman; “Hai golongan Jin dan Manusia! Jika kamu sanggup
menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan
mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari) Allah,” (QS. Al Rahman:33)
Selama kita tidak meragukan fenomena menakjubkan yang
ditemukan sekarang, padahal ia tidak diketahui pada saat Al-Quran diturunkan,
maka kita harus menyadari bahwa Al-Qur’an ini bersumber dari Allah Ta'ala.
Wallahu A’lam
[1]
, Harun. Pesona Di Angkasa Raya. Bab II, Alam Semesta.
[2]
Sparke, L. S.; Gallagher III, J. S. (2000). Galaxies in the Universe: An
Introduction. Cambridge: Cambridge University
[3]
Yahya, Harun. Pesona Di Angkasa Raya. Bab II, Alam Semesta.
[4]
wikipedia
[5]
Naik, Zakir Abdul Karim. The Qur’an
And Modern Science, Compatible or Incompatible. Islamic Research
foundation.
[6]
Wikipedia-Bintang:Define.
[7]
Naik, Zakir Abdul Karim. The Qur’an And Modern Science, Compatible or
Incompatible. Islamic Research foundation.
[8]
EraMuslim.com
[9]
Thalbah, Hisyam. Ensiklopedia Mukjizat AlQuran dan Hadis.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar